Kinerja emiten di sektor infrastruktur masih menunjukkan tantangan yang signifikan. Diperkirakan kondisi ini akan berlanjut hingga akhir tahun 2025. Berdasarkan data dari Bursa Efek Indonesia, indeks IDX Infrastructure mengalami penurunan sebesar 3,80% sejak awal tahun hingga tanggal 16 Mei. Penurunan ini lebih tajam dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang mencatatkan kenaikan sebesar 0,38% pada periode yang sama. Analis dari Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas, mengungkapkan bahwa kinerja emiten infrastruktur masih lemah pada kuartal pertama tahun 2025 disebabkan oleh sentimen pasar yang kurang mendukung. Pada tanggal 16 Mei 2025, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) menjadi pendorong utama indeks setelah mengalami kenaikan sebesar 37,67% sejak awal tahun. Selanjutnya, saham PT PP Tbk (PTPP) naik 8,45%, PT Aesler Grup Internasional Tbk (RONY) naik 7,36%, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) naik 6,73%, dan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) naik 6,30%. "Kinerja PGEO menunjukkan tren positif dan didorong oleh sentimen baik dari peluang kerja," kata Sukarno kepada Kontan pada hari Jumat (16/5).
Saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) mengalami penurunan sebesar 50,98% YTD, diikuti oleh PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) yang turun 41,71% YTD, PT Indosat Tbk (ISAT) yang turun 26,56% YTD, PT Meratus Jasa Prima Tbk (KARW) yang turun 15,19% YTD, dan PT Bali Towerindo Sentra Tbk (BALI) yang turun 13,41% YTD. Meskipun demikian, kinerja emiten IDX Infrastruktur berpotensi untuk pulih, terutama bagi saham yang telah kembali ke jalur uptrend, seperti PGEO. Selain itu, saham emiten yang berpotensi membagikan dividen juga memiliki peluang untuk menguat. “Secara valuasi, saham-saham yang telah mengalami penurunan signifikan kini menjadi lebih menarik,” jelasnya. Sukarno merekomendasikan untuk membeli jangka panjang saham JSMR dan TLKM dengan target harga masing-masing Rp 5.200 per saham dan Rp 3.100 per saham. Secara fundamental, Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila, mencatat bahwa emiten konstituen IDX Infrastructure menunjukkan perbaikan di kuartal I. Namun, kinerja beberapa emiten masih tertekan oleh biaya utang yang tinggi dan arus kas yang belum lancar. “Investor cenderung lebih berhati-hati dalam berinvestasi di saham sektor infrastruktur,” ungkap Indy kepada Kontan, Minggu (18/5). Selama bertahun-tahun, kinerja saham WIKA, WSKT, dan ISAT menjadi beban bagi IDX Infrastructure, sementara saham KRYA dan INET kini berfungsi sebagai penopang indeks. Di tahun 2024, kinerja emiten konstituen indeks IDX Infrastructure berpotensi untuk tumbuh, berkat tingginya investasi di sektor infrastruktur, yang memberikan akses pada proyek-proyek yang dapat meningkatkan kinerja keuangan emiten. Dengan proyeksi penurunan suku bunga acuan, diharapkan biaya keuangan para emiten sektor infrastruktur juga akan menurun. “Namun, masih terdapat ketidakpastian ekonomi dan kinerja keuangan emiten yang masih tertekan dari sisi likuiditas,” tambahnya. Indy juga merekomendasikan untuk membeli saham MTEL dengan target harga Rp 690 per saham.
Berita Terkait
Bupati: Prioritas Perubahan APBD Kudus 2025 Adalah Untuk Infrastruktur
Bandung Semakin Nyaman Dengan Jalan Yang Halus Dan Infrastruktur Yang Merata
404
Bupati: Prioritas Perubahan APBD Kudus 2025 Adalah Untuk Infrastruktur
Bandung Semakin Nyaman Dengan Jalan Yang Halus Dan Infrastruktur Yang Merata
IIF Mengurangi Hampir 5 Juta Ton Emisi Karbon Melalui Proyek Infrastruktur
404
Bupati: Prioritas Perubahan APBD Kudus 2025 Adalah Untuk Infrastruktur
Bandung Semakin Nyaman Dengan Jalan Yang Halus Dan Infrastruktur Yang Merata
IIF Mengurangi Hampir 5 Juta Ton Emisi Karbon Melalui Proyek Infrastruktur