Foto: IPB

Tambang Nikel Raja Ampat Mengancam Ekosistem Laut

Sabtu, 21 Jun 2025

Raja Ampat saat ini menghadapi ancaman serius akibat aktivitas pertambangan nikel. Daerah yang selama ini dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia, kini terancam oleh kegiatan penambangan nikel di kawasan tersebut.

Dosen Ilmu dan Teknologi Kelautan IPB University, Dr Meutia Samira Ismet, menyatakan kekhawatirannya mengenai dampak jangka panjang dari pertambangan terhadap ekosistem laut.

"Spesies-spesies laut yang berada dalam status konservasi rentan seperti paus sperma, kima raksasa, dan pari manta, sangat bergantung pada keseimbangan lingkungan perairan Raja Ampat," ungkap Pakar IPB University di bidang Konservasi Laut dan Mikrobiologi Terapan ini, pada Kamis (19/6/2025).

Ia menjelaskan bahwa paus sperma, kima raksasa, dan pari manta memiliki pola makan yang sangat spesifik. Paus sperma diketahui mengonsumsi ikan-ikan pelagis dan kelompok cephalopoda, seperti cumi dan gurita, dalam jumlah yang besar.

Sementara itu, kima raksasa adalah biota filter feeder yang menyaring mikroorganisme planktonik dari perairan, serta bersimbiosis dengan mikroalga fotosintetik untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya. Pari manta juga diketahui memiliki pola makan yang didominasi oleh plankton dan ikan kecil pelagis, yang semuanya akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan di habitatnya.

"Diet (pola makan) mereka sangat tergantung pada mikroorganisme planktonik, terutama yang bersifat fotosintetik, yang juga memberikan warna khas pada kima raksasa, serta menjadi dasar rantai makanan bagi paus sperma dan pari manta," ucapnya.

Apabila keseimbangan ekosistem terganggu, maka rantai makanan yang mendukung kehidupan spesies-spesies ini akan runtuh. Aktivitas pertambangan nikel di daratan Raja Ampat, kata Dr Meutia, berpotensi menghasilkan limpasan limbah yang mencemari perairan laut.

"Limbah ini mengandung bahan organik dan residu logam berat yang dapat mengganggu mikroalga simbiotik serta mikroorganisme planktonik lainnya," paparnya.

Ia menambahkan bahwa konsentrasi nikel yang tinggi dapat menjadi toksik bagi mikroalga dan mikroba laut. Penelitian di Teluk Vavouto, New Caledonia, disebutkannya telah menunjukkan bahwa konsentrasi nikel yang melebihi ambang baku (46 ?g/L) dapat membahayakan mikroalga fotosintetik yang memiliki peran penting dalam produktivitas primer dan siklus biogeokimia perairan.

Dr Meutia juga menyatakan bahwa peningkatan logam berat di laut berdampak pada jumlah dan komposisi zooplankton seperti copepoda, yang merupakan makanan utama bagi pari manta serta kelompok ikan pelagis dan cumi yang menjadi mangsa utama paus sperma.

Dampaknya tidak hanya pada rantai makanan, tetapi juga akan mempengaruhi biodiversitas kelompok bentos seperti kima raksasa yang sangat rentan terhadap perubahan kualitas lingkungan.

"Beberapa penelitian menunjukkan bahwa peningkatan konsentrasi nikel menurunkan tingkat reproduksi dan pertumbuhan biota bentik," tambahnya. Hal ini memperburuk kondisi populasi spesies yang sangat bergantung pada plankton dan mikroorganisme lainnya.

Tidak hanya itu, dampak tidak langsung dari pencemaran akibat tambang nikel juga dianggap sangat signifikan. Penurunan oksigen terlarut (DO), peningkatan kadar CO?, serta berkurangnya kejernihan air disebut dapat merusak habitat alami berbagai biota laut.

"Sebagai akibatnya, struktur ekosistem laut berpotensi mengalami perubahan yang signifikan dan mengancam keberadaan spesies langka di area tersebut," ujarnya.

Dr Meutia menekankan bahwa penilaian risiko yang komprehensif sangat diperlukan untuk menentukan batas ambang konsentrasi nikel yang aman bagi ekosistem laut. Ia mendorong penerapan pemantauan kualitas air dan pengelolaan limbah tambang yang lebih bertanggung jawab.

Lebih lanjut, ia mengajak pemerintah, masyarakat, dan industri untuk bersama-sama merumuskan kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan. "Keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian alam sangat penting agar Raja Ampat tetap menjadi rumah bagi keanekaragaman hayati laut dunia," tuturnya.


Tag:



Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.