Rencana peningkatan tarif pada 38 jalan tol tahun ini telah menimbulkan kekhawatiran di kalangan pelaku logistik. Kenaikan tarif ini diprediksi akan menyebabkan biaya logistik semakin meningkat. "Biaya transportasi akan mengalami kenaikan. Sementara itu, biaya transportasi dalam total biaya rantai pasok berkontribusi sebesar 40-50%. Terutama untuk industri yang bergerak di sektor cair, biaya transportasi akan lebih besar dalam total biaya rantai pasok," ungkap Mahendra Rianto, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI), kepada CNBC Indonesia pada Senin (14/4/2025). Akibatnya, minat para pengusaha logistik untuk memanfaatkan jalan tol diperkirakan akan menurun. Saat ini, banyak truk yang lebih memilih menggunakan jalan arteri karena biayanya jauh lebih murah. Fenomena ini sudah terlihat di jalur Pantura, di mana banyak truk melintas meskipun terdapat jalan tol Trans Jawa. "Selama ini, jalan tol hanya digunakan dari Jakarta menuju Cikampek, kemudian belok kiri ke arah Pantura, sedangkan sisanya melalui jalan arteri. Perbedaan waktu tempuh antara Jakarta-Surabaya melalui tol dan arteri hanya sekitar 10 jam. Pelanggan mengatakan bahwa perbedaan waktu tersebut tidak berpengaruh pada inventori mereka," jelas Mahendra. Sebagai ilustrasi, biaya logistik yang harus ditanggung oleh pengusaha untuk truk dengan muatan 16 ton pada rute Jakarta-Surabaya mencapai Rp 10 juta. Angka tersebut sudah mencakup gaji supir, bahan bakar, dan tarif tol. Jika tarif tol meningkat, maka biaya logistik juga akan otomatis meningkat. "Akibatnya, akan terjadi penumpukan di jalan Pantura. Yang terpenting adalah kita bisa masuk, dan jika tarif tol naik, beban tersebut akan ditanggung oleh pengguna akhir, yaitu industri. Mereka juga akan protes. Mereka tidak mau menerima jika tarif jalan tol terus meningkat dan beban tersebut dialihkan kepada mereka. Mereka tidak mau," tegas Mahendra. Untuk mengurangi biaya logistik, Ia mengusulkan agar tarif truk yang termasuk dalam golongan II, III, dan IV disamakan dengan tarif kendaraan pribadi golongan I. "Jumlah truk ini cukup besar, jika mereka tidak menggunakan jalan tol, operator akan mengalami kerugian karena mereka juga harus membayar utang pembangunan," ujarnya.