Kanal Bayangan Umur Panjang Vs Pemblokiran Drastis: Dilema Kejahatan Siber Di Telegram

Kamis, 11 Desember 2025

    Bagikan:
Penulis: Zidan Fakhri
Analisis Kaspersky menemukan paradoks menarik: meski pemblokiran kanal ilegal di Telegram melonjak drastis, kanal yang berhasil bertahan justru menunjukkan umur yang lebih panjang, mengindikasikan evolusi taktik penghindaran oleh para pelaku kejahatan siber. (Foto: Carl Court/Getty Images)

Jakarta - Data dari Kaspersky Digital Footprint Intelligence membeberkan sebuah paradoks yang menggelitik dalam perang melawan kejahatan siber di platform Telegram. Di satu sisi, jumlah pemblokiran kanal dan akun ilegal telah meningkat secara drastis, terutama sejak kuartal terakhir tahun 2024, menciptakan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Namun di sisi lain, sebuah tren berlawanan muncul: kanal-kanal bayangan ("shadow channels") yang berhasil lolos dari pembersihan justru menunjukkan ketahanan hidup yang meningkat signifikan. Kanal-kanal yang mampu bertahan lebih dari sembilan bulan dilaporkan meningkat lebih dari tiga kali lipat pada periode 2023-2024 dibandingkan dua tahun sebelumnya. Fenomena ini menggambarkan perlombaan senjata yang intens antara tim moderasi Telegram dan para operator kriminal yang terus beradaptasi.

Peningkatan umur panjang kanal ilegal ini bukanlah kebetulan, melainkan hasil dari pembelajaran dan adaptasi. Para pelaku kejahatan siber telah mengembangkan taktik yang lebih canggih untuk menghindari deteksi dini. Taktik ini mungkin termasuk penggunaan bahasa sandi yang lebih rumit, penyamaran iklan layanan ilegal sebagai konten legal, rotasi penggunaan akun administrator cadangan, atau bahkan penggunaan teknik anti-otomoderasi. Mereka belajar bahwa untuk mempertahankan investasi dan basis pelanggan, mereka harus beroperasi layaknya gerilyawan digital, selalu siap berpindah dan bersembunyi.

Namun, peningkatan kapabilitas bertahan ini harus dibayar mahal dengan peningkatan tekanan dari pihak lawan. Laporan Kaspersky menunjukkan bahwa sejak Oktober 2024, tingkat pemblokiran bulanan bahkan pada titik terendahnya setara dengan tingkat puncak yang tercatat di tahun 2023. Artinya, lantai dari aktivitas moderasi sekarang setinggi langit-langit sebelumnya. Tren ini yang terus berlanjut di tahun 2025 menciptakan lingkungan di mana kesalahan sekecil apapun dari operator kanal bisa berakibat fatal. Stabilitas semu yang berhasil dibangun oleh kanal-kanal "tahan lama" itu selalu terancam oleh operasi pembersihan besar-besaran berikutnya.

Kondisi ini menciptakan dilema dan ketidakstabilan kronis bagi seluruh ekosistem kriminal di Telegram. Bagi pelaku baru atau yang menjual barang bernilai rendah, siklus "buat-diblokir-buat lagi" mungkin masih bisa ditoleransi. Namun, bagi operasi yang lebih besar dan kompleks seperti layanan malware berlangganan atau pasar data eksklusif, ketidakpastian ini merusak fondasi bisnis. Mereka tidak dapat menjanjikan keandalan layanan kepada pelanggan jika "toko" mereka bisa tutup kapan saja. Inilah akar penyebab mengapa pemain-pemain besar mulai memandang ke luar Telegram.

Migrasi kelompok seperti BFRepo dan Angel Drainer adalah bukti nyata bahwa ada batas adaptasi. Meskipun mereka mungkin mampu memperpanjang umur kanal mereka, biaya operasional untuk terus-menerus bersembunyi dan membangun kembali mungkin telah melebihi manfaatnya. Vladislav Belousov dari Kaspersky menyimpulkan bahwa "keseimbangan risiko dan keuntungan sudah berubah." Ketika risiko kehilangan segala sesuatu dalam semalam menjadi terlalu tinggi, bahkan untuk kanal yang tangguh sekalipun, mencari rumah baru yang lebih aman menjadi pilihan logis.

Dilema ini pada dasarnya adalah ujian bagi efektivitas moderasi berbasis pemblokiran. Di satu sisi, pemblokiran berhasil menciptakan friksi yang signifikan, mengganggu operasi, dan memaksa migrasi—yang semuanya adalah tujuan yang valid. Di sisi lain, ia juga secara tidak langsung menyaring komunitas, di mana hanya operator yang paling ulet, cerdas, dan mungkin berbahaya yang bertahan atau bermigrasi ke tempat yang lebih sulit dilacak. Ini berpotensi meninggalkan ancaman yang lebih terkonsentrasi dan sulit diatasi.

Bagi pihak keamanan, memahami dinamika perlombaan senjata ini sangat penting. Rekomendasi Kaspersky untuk menggunakan sumber Threat Intelligence yang komprehensif bertujuan untuk memberikan visibilitas tidak hanya pada ancaman yang terlihat, tetapi juga pada taktik bertahan dan migrasi mereka. Dengan memahami bagaimana para pelaku beradaptasi terhadap pemblokiran, perusahaan dan otoritas dapat mengembangkan strategi deteksi dan respons yang lebih proaktif, yang menargetkan kerentanan dalam rantai operasi mereka, bukan hanya akunnya.

Pada akhirnya, paradoks umur panjang versus pemblokiran masif menggambarkan sifat fluid dari kejahatan siber. Ia adalah organisme yang terus berevolusi di bawah tekanan. Keberhasilan mempertahankan kanal adalah sebuah kemenangan taktis bagi para pelaku, tetapi gelombang pemblokiran yang tak henti adalah kemenangan strategis bagi ekosistem yang lebih bersih. Pertanyaan besarnya adalah ke mana evolusi berikutnya akan membawa baik pelaku kejahatan maupun para pembelanya dalam pertarungan tanpa akhir ini.

(Zidan Fakhri)

Baca Juga: Pukulan Telak Bagi Sindikat: Malaysia Bongkar Jaringan Penambangan Kripto Ilegal
Tag

    Bagikan:

Berikan komentar
Komentar menjadi tanggung-jawab Anda sesuai UU ITE.